Entry About Shout Friends Follow D'Board |
owner
Contact Me
credits
|
05.50 | 0 Cloud(s)
Jejak Kejayaan Islam di Eropa dan Asia
Rahmatanlil’alamin, Rahmat bagi Semesta
Alam, itulah anugerah yang Allah SWT berikan bagi agama Islam di bumi
ini. Berbagai peradaban telah dibangun berlandaskan pada syariat Islam,
namun semua itu hanya tinggal sejarah. Tidak hanya memiliki Jejak Kejayaan Islam di Istanbul, Turki, Islam pun memiliki banyak jejak kejayaan di berbagai belahan bumi ini. Life's Wolrd
akan berbagi beberapa diantaranya, yaitu di Damaskus, Baghdad, dan
Cordoba. Kota-kota tersebut adalah ibukota dari peradaban Islam yang
sempat berkuasa dan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat luas
pada saat itu. Masing-masing memiliki sejarah yang kuat dan meninggalkan jejak kejayaan yang masih dapat dikagumi hingga saat ini.
Damaskus - Dinasti Umayyah
Damaskus termasuk kota tertua yang dihuni manusia dan Islam
mulai memiliki pengaruh di kota tersebut pada era kekuasaan Khalifah
Umar bin Khattab. Panglima perang seperti Khalid bin Walid, Amr bin Ash,
Abu Ubaididah bin Jarrah, dan Yazid bin Abu Sufyan berhasil menunaikan
tugas yang diberikan untuk menaklukkan daerah Suriah dan Palestina.
Secara resmi, Damaskus berada dalam kekuasaan Islam pada September 635
M.
Pada 661 M, Mu‘awiyah bin Abu Sufyan
mendirikan Dinasti Umayyah dan menetapkan Damaskus sebagai ibukota
pemerintahan. Mengawali kekuasannya, Dinasti Umayyah fokus untuk
memperluas wilayah kekuasaan Islam hingga ke Afrika Utara, Spanyol, Asia
Tengah, Persia, serta India. Salah satu jejak kejayaan terbesar dari
Dinasti ini adalah Masjid Umayyah yang masih dapat dilihat hingga saat
ini. Pada masa kejayaannya, Masjid yang memiliki tiga buah menara, tiga
buah kubah, empat buah mihrab, tiga buah saumaah, dan empat buat gapura ini menjadi pusat kegiatan umat Islam.
Damaskus terkenal akan kemakmuran dan sifat
dermawan para penduduknya. Sederet lembaga amal berdiri untuk
meringankan beban mereka yang membutuhkan. Damaskus juga menjadi pusat
peradaban pendidikan dan setiap orang yang ingin meraih sukses akan
datang ke kota ini untuk belajar. Berbagai fasilitas dan bantuan
pendidikan sangat melimpah, sehingga para pelajar tidak perlu khawatir
akan tempat tinggal dan kekurangan makanan. Pada era kejayaan Islam,
terdapat 150 perguruan tinggi yang terdapat di Damaskus. Al-Nuriyyah
Al-Kubra yang didirikan Khalifah Nur Al-Din menjadi perguruan tinggi
terfavorit dan terbaik pada saat itu.
Kekuasaan Dinasti Umayyah berakhir pada 750 M
dan digantikan oleh Dinasti Abbasiyah. Ibukota pemerintahan pun
berpindah ke kota Baghdad.Dinasti Ustmani yang berasal dari Turki pun
sempat menguasai Damaskus sekitar tahun 1560 M.
Baghdad – Dinasti Abbasiyah
Baghdad boleh dibilang sebagai Ibukota peradaban pada abad
pertengahan. Ketika Eropa dicengkram kegelapan, Baghdad telah menjadi
sebuah kota yang memikat. Dibawah kekuasaan Dinasti Abbasiyah, kota
metropolis intelektual ini telah mencapai masa keemasannya dan telah
mewariskan peradaban bagi dunia.
Baghdad yang memiliki arti hadiah dari Tuhan
telah dijelajahi manusia sejak 4,000 SM. Pada 634 M, panglima tentara
Islam, Khalid bin Walid, menaklukkan Persia atas perintah Khalifah Umar
bin Khattab. Tahun 762 M, perkampuangan kecil itu disulap menjadi sebuah
kota baru oleh Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur dari Dinasti Abbasiyah.
Baghdad dipilih sebagai Ibukota pemerintahan Dinasti Abbasiyah, karena
posisinya sangat strategis baik dari sisi politik, keamanan, sosial,
serta geografis.
Sebanyak 100 ribu ahli bangunan dikerahkan
untuk membangun Baghdad hingga menghabiskan dana sebesar 3,88 juta
dirham. Kota tersebut dirancang berbentuk bundar sehingga dijuluki
sebagai ‘Kota Bundar‘ dan dipagari oleh dua lapis tembok besar yang
tingginya mencapai 90 kaki. Pada luar tembok dibangun parit yang dalam.
Hal tersebut terinspirasi oleh Perang Khandaq pada zaman Rasulullah SAW.
Pada 800 M, Baghdad telah menjelma menjadi
pusat peradaban, pendidikan, ilmu pengetahuan, perdagangan, ekonomi, dan
politik. Puncak kejayaan Dinasti Abbasiyah tercapai pada era
pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-809 M) dan Khalifah Al-Ma’mun
(813-833 M). Pada saat itu, terdapat Baitulhikmah yang merupakan sebuah
lembaga penerjemah yang berkembang menjadi perguruan tinggi,
perpustakaan, dan lembaga penelitian. Didalamnya terdapat ribuan koleksi
buku, ruang baca yang sangat nyaman, ruang tinggal untuk para
penerjemah, ruang untuk diskusi ilmiah hinggi area pengamatan bintang.
Setelah 500 tahun berkuasa, Dinasti Abbasiyah
runtuh karena dihancurkan oleh bangsa Mongol pimpinan Hulagu Khan pada
1258 M. Ribuan sarjana dan 100 ribu warga Baghdad dibantai.
Perpustakaan, saluran irigasi, gedung-gedung bersejarah, dan berbagai
transkrip ilmu pengetahuan dihancurkan. Kejadian tersebut terulang lagi
saat tahun 2003 ketika tentara Amerika Serikat menyerang Baghdad dan
menghancurkan berbagai peninggalan kejayaan Islam yang tersisa.
Cordoba, Spanyol – Dinasti Umayyah
Cordoba terletak di provinsi Andalusia, sebelah barat Spanyol,
dan mulai dikuasai Islam sejak 711 M dibawah komando Thariq bin Ziad.
Misi penaklukkan dilakukan atas perintah Musa bin Nusair, gubernur
Afrika Utara, dibawah pemerintahan Khalifah Walid bin Abdul Malik
(705-715 M) dari Dinasti Umayyah. Selama pemerintahan Dinasti Umayyah
berpusat di Damaskus, Toledo adalah Ibukota kekuasaan mereka di Spanyol.
Sejak Dinasti Abbasiyah merebut kekuasaan Dinasti Umayyah dan pusat
kekuasaan bergeser ke Baghdad, Cordoba dipilih sebagai pusat
pemerintahan Dinasti Umayyah di Spanyol.
Pada masa pemerintahan Khalifah Abdurrahman
Ad-Dakhil, Cordoba disulap menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan,
kesenian, dan kesusasteraan. Puncak kejayaannya adalah pada masa
pemerintahan Khalifah Abdul Rahman An-Nasir dan anaknya, Al-Hakam.
Ketika itu, kejayaan dan kekayaan yang dicapai kota tersebut belum
pernah tercapai sebelumnya. Terdapat 283 ribu unit rumah tinggal, 900
kamar mandi umum, 800 unit sekolah, 50 rumah sakit, dan 70 perpustakaan
berada di Cordoba dengan pendapatan tahunan yang sepertiganya mencapai
6,245 juta keeping emas.
Jejak kejayaan Islam di Cordoba yang masih dapat
dilihat hingga saat ini adalah Masjid Cordoba (Le Mezquita) yang mulai
dirancang pada 785 M. Awalnya, bangunan Masjid hanya berukuran 70 m2 diatas
tanah seluas 5,000 m yang berbentuk pelataran. Masjid tersebut memiliki
11 ruangan besar yang tegak lurus terhadap arah kiblat. Tiap ruangan
dibatasi 11 deretan arcade yang atapnya memiliki lengkungan dan setiap
deretan mempunyai 11 tiang kolom sehingga masing-masing ruangan
seolah-olah memiliki 20 tiang kolom. Tiang-tiang kolom yang merupakan barang antik dari Romawi tersebut berjumlah 110 tiang.
Masjid Cordoba kini memiliki panjang mencapai
175 m dengan lebar 134 m dan tinggi 20 m. Terdapat sembilan pintu yang
seluruhnya terbuat dari tembaga kuning, kecuali sebuah yang terbuat dari
emas murni. Kemegahan Masjid ini pun sangat terlihat pada ruang mihrab.
Masjid Cordoba merupakan saksi bisu jejak kejayaan Islam di Cordoba
yang masih dapat dilihat hingga saat ini.
Masa kejayaan Cordoba hanya bertahan selama
320 tahun dan harus berakhir tragis, karena perebutan kekuasaan yang tak
kunjung usai. Warisan ilmu pengetahuan dan kejayaan peradaban yang
telah dibangun pun menghilang sejak Islam terusir dari tanah Cordoba
pada 1031 M.
***
Itulah beberapa jejak kejayaan Islam yang
ada. Peradaban Islam berkuasa silih berganti dengan berbagai
perkembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan tehnologi yang melebihi
masanya. Pergantian masa kejayaan merupakan pelajaran berharga bagi kita
semua bahwa setiap yang bermula pasti akan berakhir. Selalu yakin bahwa
Islam akan kembali berkuasa di bumi Allah SWT ini. Tetap berusahalah
untuk menjadi Agen Muslim yang baik dimanapun kamu berada. Pelajari
berbagai makna tersirat yang ada pada berbagai jejak kejayaan Islam di
bumi ini. Jelajahi bumi Allah SWT, kagumi keindahan-Nya, dan syukuri segala karunia-Nya.
Copyright : HijUp Blog
Label: Sejarah Islam |
0 Komentar:
Posting Komentar