Hi... Welcome to my blog. Bla..bla...bla... add your own words !
owner
Contact Me
credits
|
Zaman Neolitikum
Ada dikatakan bahwa neolithikum itu adalah
suatu revolusi yang sangat besar dalam peradaban manusia. Perubahan
besar ini ditandai dengan berubahnya peradaban penghidupan
food-gathering menjadi foodproducing. Pada saat orang sudah mengenal
bercocok tanam dan berternak. Pertanian yang mereka selenggarakan
mula-mula bersifat primitif dan hanya dilakukan di tanah-tanah kering
saja. Pohon-pohon dari beberapa bagian hutan di kelupak kulitnya dan
kemudian dibakar. Tanah-tanah yang baru dibuka untuk pertanian semacam
itu untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan sesudah itu
ditinggalkan.
Orang-orang Indonesia zaman neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat
dengan pondok-pondok mereka berbentuk persegi siku-siku dan didirikan
atas tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya diberi hiasan dekoratif yang
indah-indah, Walaupun alat-alat mereka masih dibuat daripada batu,
tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga sudah dipoles pada
kedua belah mukanya.
A. CARA HIDUP
Cara hidup zaman neolithikum membawa perubahan-perubahan besar, karena
pada zaman itu manusia mulai hidup berkelompok kemudian menetap dan
tinggal bersama dalam kampung. Berarti pembentukan suatu masyarakat yang
memerlukan segala peraturan kerja sama. Pembagian kerja memungkinkan
perkembangan berbagai macam dan cara penghidupan di dalam ikatan
kerjasama itu. Dapat dikatakan pada zaman neolithikum itu terdapat
dasar-dasar pertama untuk penghidupan manusia sebagai manusia,
sebagaimana kita dapatkan sekarang.
Ciri-Ciri Zaman Neolitikum
- Peralatan sudah dihaluskan dan diberi tangkai.
- Alat yang digunakan antara lain kapak persegi dan lonjong.
- Pakaian terbuat dari kulit kayu dan kulit binatang.
- Perhiasan terbuat dari kulit kerang, terrakota dan batu.
- Tempat tinggal menetap (sedenter).
- Memiliki kemampuan bercocok tanam.
- Menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
B. ALAT-ALAT ZAMAN NEOLITHIKUM
Pada zaman neolithikum ini alat-alat terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.
1. Pahat Segi Panjang
Daerah asal kebudayaan pahat segi panjang ini meliputi Tiongkok Tengah
dan Selatan, daerah Hindia Belakang sampai ke daerah sungai gangga di
India, selanjutnya sebagian besar dari Indonesia, kepulauan Philipina,
Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.
2. Kapak Persegi
Asal-usul
penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke
Indonesia. Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas
dasar penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau
trapesium. Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada
yang besar dan kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan
fungsinya sebagai cangkul/pacul. Sedangkan yang ukuran kecil disebut
dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat pahat/alat untuk
mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat
dari batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari
calsedon hanya dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau
tanda kebesaran. Kapak jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa,
bali, Nusatenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
3. Kapak Lonjong
Sebagian
besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya
kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat
telur dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan
ujung lainnya diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan
permukaan kapak lonjong sudah diasah halus.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong yang besar lazim disebut dengan
Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil, sedangkan fungsi
kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak lonjong
adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian
kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga
para arkeolog menyebutkan istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan
Neolithikum Papua.
4. Kapak Bahu
Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak persegi, hanya saja di bagian
yang diikatkan pada tangkainya diberi leher. Sehingga menyerupai bentuk
botol yang persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas dari Jepang,
Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya
batas selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain
di sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi
neolithikum Indonesia tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah
ditemukan yaitu di Minahasa.
5. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah)
Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah jawa terutama
gelang-gelang dari batu indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga
yang belum selesai pembuatannya. Bahan utama untuk membuat benda ini di
bor dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis) menggunakan
pasir. Selain gelang ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya seperti
kalung yang dibuat dari batu indah pula. Untuk kalung ini dipergunakan
juga batu-batu yang dicat atau batu-batu akik.
6. Pakaian dari kulit kayu
Pada zaman ini mereka telah dapat membuat pakaiannya dari kulit kayu
yang sederhana yang telah di perhalus. Pekerjaan membuat pakaian ini
merupakan pekerjaan kaum perempuan. Pekerjaan tersebut disertai pula
berbagai larangan atau pantangan yang harus di taati. Sebagai contoh di
Kalimantan dan Sulawesi Selatan dan beberapa tempat lainnya ditemukan
alat pemukul kulit kayu. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang zaman
neolithikum sudah berpakaian.
7. Tembikar (Periuk belanga)
Bekas-bekas
yang pertama ditemukan tentang adanya barang-barang tembikar atau
periuk belanga terdapat di lapisan teratas dari bukit-bukit kerang di
Sumatra, tetapi yang ditemukan hanya berupa pecahan-pecahan yang sangat
kecil. Walaupun bentuknya hanya berupa pecahan-pecahan kecil tetapi
sudah dihiasi gambar-gambar. Di Melolo, Sumba banyak ditemukan periuk
belanga yang ternyata berisi tulang belulang manusia.
Label: Sejarah Indonesia
|
1 Komentar:
waaah ilmu sejarah nih,,,terima kasih banyak ya gan :)
Posting Komentar